Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Masih 17 Tahun, Dasco Duga Terpengaruh Konten Medsos

Jumat | 11 Nopember 2025

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyoroti insiden ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang terjadi pada Jumat (7/11/2025) siang dan melukai sejumlah siswa. Ia menduga, terduga pelaku berusia 17 tahun itu bisa jadi terpengaruh oleh konten-konten berbahaya di media sosial, yang mendorongnya untuk membuat atau bereksperimen dengan bahan peledak.

Dalam keterangannya kepada wartawan usai menjenguk para korban di RS Islam Cempaka Putih, Dasco menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa tersebut. Ia menegaskan perlunya pengawasan lebih ketat dari pihak sekolah terhadap penggunaan gawai oleh siswa, mengingat media sosial kini kerap menjadi sumber informasi sekaligus inspirasi negatif bagi remaja yang rentan.

“Kita imbau sekolah-sekolah agar lebih berhati-hati dan memperketat pengawasan terhadap para murid. Jangan sembarangan membuka atau melihat konten di gadget, karena bisa saja pengaruh dari media sosial menjadi pemicu perilaku berisiko seperti ini,” ujar Dasco.

Namun, Dasco juga menekankan bahwa penyebab pasti ledakan serta motif pelaku belum bisa disimpulkan. Ia meminta publik menunggu hasil penyelidikan resmi dari kepolisian.

“Untuk lebih jelasnya, kita tunggu penjelasan dari pihak yang berwenang. Mereka yang punya kewenangan dan data lengkap untuk mengungkap penyebab serta latar belakang peristiwa ini,” katanya.

Dasco membenarkan bahwa terduga pelaku kini dalam kondisi kritis dan tengah menjalani operasi akibat luka berat yang dideritanya. Saat ditanya oleh wartawan mengenai identitas pelaku, ia menjawab singkat:

“Pelakunya? Iya.”
“Berapa usianya?”
“17 tahun,” ujar Dasco.

Sementara itu, pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan mendalam terkait peran pelaku dan kemungkinan adanya pihak lain yang terlibat. Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri menegaskan bahwa timnya sedang mengumpulkan bukti dan keterangan saksi.

“Ini masih dalam proses penyelidikan. Kami sedang mendalami berbagai kemungkinan dan akan sampaikan hasilnya setelah prosesnya selesai,” ujar Asep.

Dari keterangan sejumlah siswa, termasuk seorang rekan berinisial Z, terduga pelaku dikenal sebagai sosok pendiam dan tertutup. Ia diduga sering mengalami tekanan mental dan perundungan dari teman-temannya di sekolah.

“Katanya dia sering menyendiri. Kadang suka buat gambar atau foto yang berhubungan dengan darah dan tembak-tembakan,” tutur Z.

Ledakan itu sendiri terjadi sekitar pukul 12.15 WIB, bertepatan dengan waktu pelaksanaan salat Jumat di masjid sekolah. Suara ledakan terdengar hingga ke sekitar lingkungan sekolah, membuat para siswa dan guru panik. Polisi menemukan benda yang diduga bom rakitan di dekat lokasi ditemukannya pelaku yang tergeletak di belakang gedung sekolah.

Meski tidak menimbulkan korban jiwa, insiden tersebut menyebabkan puluhan siswa mengalami luka-luka ringan hingga sedang akibat serpihan dan ledakan. Saat ini, pihak berwenang masih berupaya memastikan asal bahan peledak, motif pelaku, serta faktor psikologis yang mungkin melatarbelakangi tindakan tersebut.

Peristiwa ini memunculkan keprihatinan publik akan kerentanan remaja terhadap konten ekstrem di dunia maya, serta perlunya peningkatan literasi digital dan pembinaan mental di lingkungan sekolah.