Rabu | 29 Januari 2025 | 16:36 Wita
Peran Masyarakat Tionghoa dalam Sepak Bola Indonesia
Pada masa kolonial Belanda, masyarakat Tionghoa di Indonesia memainkan peran penting dalam berbagai bidang, termasuk sepak bola. Salah satu tokoh yang patut dikenang adalah Tan Mo Heng, kiper tim Hindia Belanda di Piala Dunia 1938. Tan Mo Heng memiliki darah Tionghoa dan menjadi salah satu figur penting dalam sejarah sepak bola di Tanah Air.
Kiprah Tan Mo Heng di Piala Dunia 1938
Meskipun terdapat perdebatan mengenai apakah tim Hindia Belanda yang berlaga di Piala Dunia 1938 bisa dianggap sebagai representasi Indonesia, kontribusi Tan Mo Heng tetap diakui. Selain dirinya, tim Hindia Belanda juga diperkuat oleh beberapa pemain keturunan Tionghoa lainnya, seperti Pan Hong Tjien.
Menurut laporan BBC, tim Hindia Belanda terdiri dari pemain-pemain pribumi, keturunan Tionghoa, dan beberapa pemain asal Belanda. Susunan pemainnya antara lain Tan Mo Heng sebagai kiper, Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kapten tim Nawir.
Tan Mo Heng lahir pada 28 Februari 1913. Sayangnya, sejarah tidak banyak mencatat perjalanan hidupnya setelah karier sepak bolanya berakhir, termasuk kapan dan di mana ia meninggal dunia. Sebagai seorang kiper, Tan Mo Heng dikenal tangguh saat membela klub HCTNH Malang, yang merupakan gabungan dari beberapa klub sepak bola Tionghoa di Malang, seperti Kam Soe Twie, Tjoe Kian Hwee, dan Hak Sing Hwee. Klub ini berafiliasi dengan Voetbal Bond Batavia Omstreken (VBO), organisasi yang bekerja sama dengan Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) sejak tahun 1920.
Meskipun Tan Mo Heng dikenal sebagai kiper berbakat, ketangguhannya tidak mampu membawa Hindia Belanda meraih hasil positif di Piala Dunia 1938. Pada laga pertama melawan Hungaria, timnya harus menerima kekalahan telak dengan skor 0-6.
Sejarah Tim Hindia Belanda di Piala Dunia 1938
Keikutsertaan Hindia Belanda di Piala Dunia 1938 terjadi dalam konteks politik yang kompleks. Pada babak kualifikasi zona Asia, hanya ada dua peserta: Jepang dan Hindia Belanda. Namun, akibat perang melawan Tiongkok, Jepang memilih mundur, sehingga Hindia Belanda otomatis lolos ke putaran final yang berlangsung di Prancis.
Pada masa itu, terjadi perdebatan mengenai tim yang mewakili Hindia Belanda. Sebelum berdirinya PSSI pada 19 April 1930, masyarakat Tionghoa telah memiliki asosiasi sepak bola sendiri bernama Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB), yang dibentuk sebagai tandingan dari Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB), yang kemudian berubah menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU), asosiasi sepak bola resmi bentukan Belanda.
Ketika PSSI didirikan, beberapa klub sepak bola yang didirikan oleh masyarakat Tionghoa, seperti Union Makes Strength (UMS), Tionghoa (sekarang Suryanaga), dan Tjung Hwa (sekarang PS Tunas Jaya), memilih bergabung dengan organisasi tersebut. Sayangnya, tim yang akhirnya dikirim ke Piala Dunia 1938 bukanlah tim bentukan PSSI, melainkan tim NIVU yang masih di bawah kendali pemerintah kolonial Belanda.
Karier Tan Mo Heng Setelah Piala Dunia 1938
Setelah perhelatan Piala Dunia 1938, Tan Mo Heng masih tercatat memperkuat Tim Nasional Indonesia dalam pertandingan tidak resmi melawan tim Sino-Malayan Selection di Singapura pada tahun 1951.
Meskipun kariernya tidak banyak terdokumentasi, jejaknya dalam sejarah sepak bola Indonesia tetap tidak terbantahkan. Sebagai kiper keturunan Tionghoa pertama yang membela Indonesia di ajang Piala Dunia, Tan Mo Heng menjadi bagian dari warisan sepak bola yang patut dikenang.